MARS YPP. SELAPARANG
2025-06-18 04:16:32
Cinta adalah energi yang amat dahsyat dan kuat.
Karena cinta, lautan luas bisa diarungi. Karena cinta, gunung yang menjulang bisa diterjang. Karena cinta, rasa kecewa bisa berubah bahagia. Karena cinta, rasa marah bisa padam. Bahkan karena cinta, jarak yang jauh menjadi dekat.
"Bukti otentik dahsyatnya cinta adalah ada pada sosok dua insan bernama Adam dan Hawa yang terpaut jarak sejauh bumi, tapi masih bisa bertemu dan menyatu di Padang Arafah." Kata Mamiq Tuan Doktor Pattimura.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Selaparang Kediri yang bernama lengkap Dr. TGH. L. Pattimura Farhan, M.HI ini pun melanjutkan keterangannya bahwa, Padang Arafah yang gersang itu menjadi saksi kekuatan cinta dua moyang manusia, prasastinya bernama Jabal Rahmah (bukit kasih sayang).
Boleh jadi, hal ini menjadi alasan mengapa Sahara Cinta ini begitu memagnet, bagi jutaan manusia dari seluruh penjuru bumi dan kini menjadi titik poin dari serangkaian manasik haji.
Nabi katakan dalam sabdanya, "Alhajju 'Arafah" (Haji itu ada pada Wuquf di Arafah).
Padang Arafah yang menjadi pusat atau central haji, kata Miq Tuan Doktor, jangan hanya dilihat pada kenyataannya hari ini yang menjadi magnet jutaan manusia dari penjuru dunia.
Namun, coba sejenak kita lihat sejarah Arafah di masa lampau. Ternyata tempat mulia ini pernah menjadi dermaga cinta manusia pertama dan kedua, yakni Adam dan Hawa yang menjadi sepasang suami istri.
Alkisah. Oleh karena keduanya melanggar satu perintah Allah di Surga. Allah pun turunkan mereka berdua ke dunia. Diturunkannya pun di tempat yang berbeda. Terpaut ujung Timur dan Barat bumi.
Namun energi cinta keduanya yang amat dahsyat dan magnet Sahara Arafah yang begitu kuat, ternyata membuat kedua juga bisa saling mendekat dan menyatu. Keduanya dipertemukan Allah di Jabal Rahmah satu bongkahan bumi di Padang Arafah.
"Tentu perjumpaan kedua moyang kita ini atas izin Allah. Tapi magnet Sahara Arafah dan dahsyatnya magnet cinta keduanya sebagai sepasang suami istri, adalah juga menjadi alasan perjumpaan keduanya yang tak bisa ditutupi." Jelas Mamiq Tuan Doktor.
Pesan moral dari perjumpaan legendaris dua manusia mulia ini, antara lain:
Pertama, jadikan cinta sebagai energi untuk mempertemukan yang berpisah, mendekatkan yang saling berjauhan, dan menyatukan yang bercerai-berai.
Apapun bentuk perbedaan yang pernah membuat kita renggang, menjauh, dan atau tak pernah saling lihat, selama masih ada energi cinta, pasti Allah akan mempertemukan kita.
Kata Mamiq Tuan Doktor, "Cinta itu adalah frekuensi. Orang yang satu frekuensi rasa dan perasaan, pasti ada waktunya bertemu."
Bahkan, "Kalau sekian simpul tak ada yang mampu membuatmu bisa bersama, maka buka saja sedikit hati untuk memberi ruang cinta, pasti bakalan kembali bersama-sama." Saran Tuan Guru.
Kedua, visi membangun, menjaga dan memakmurkan bumi dengan cinta dan melahirkan keturunan.
Mari kita bertemu dan bersatu, lalu menyamakan visi mengisi dunia ini untuk menjadi lebih baik sebagai mana moyang kita Adam dan Hawa bersama keturunannya berikrar memakmurkan bumi ini.
Dalam konteks kita, "Pondok Pesantren Selaparang ini harus kita isi dengan perkhidmatan bersama dalam satu cinta, rasa dan visi untuk menyiapkan generasi yang mengisi bumi dan menjaga agama suci." Pesannya.
Terakhir. Kita berharap sebagaimana Sahara Arafah yang memagnet jutaan manusia, semoga madrasah Selaparang ini pun demikian. Ke depannya bisa menjadi prasasti cinta bagi Umat Islam.
Wa Allah A'lam!
PP. Selaparang, 09 Juni 2025.
Oleh: Abah_Rosela
Ket. Foto: Dr. TGH. L. Pattimura Farhan, M.HI sedang di Padang Arafah.