Haul ke-2 Almahfurulah TGH. L. Mahsun Abdul Hafidz

TGH. L. MAHSUN ABDUL HAFIDZ

(Guru Tasawufku)

===================

Oleh: M. Rusli Nasir

✍✍✍✍✍


Nama lengkap beliau adalah Raden TGH. Lalu Mahsun Abdul Hafidz, BA. Nama yang bermarga "Bangsawan" di suku Sasak dengan sebutan "Raden" dan "Lalu". Gelar akademiknya Sarjana Muda (BA) di STAIN Mataram. Gelar pendidikan yang diperoleh lebih dari setengah abad silam.


Miq Tuan Sun (begitu kami para santri akrab menyebut namanya) mengenyam pendidikan Mu'allaimin MTs dan MA di Pancor sebelum adanya Ma'had Darul Qur'an wal Hadis al-Majidiyyah asy-Syafiiyyah Pancor. Hampir seangkatan dengan TGH. Jamiluddin Azhar dari Dasan Agung Mataram.


Yang jelas, Miq Tuan lebih sepuh dari TGH. Yusuf Makmun (Amid Ma'had Darul Qur'an wal Hadis Pancor sekarang), dan atau TGH. Ruslan Zain, TGH. Anas Hasyri dan para Masyaikh yang ada di duo Ma'had NW di Lotim saat ini.


Sebuah cerita menuturkan, bahwa beliau adalah salah satu murid yang memeroleh pendidikan dan asuhan langsung di bawah pengawasan dan bimbingan Maulana Syaikh dengan cermat dan teliti. Tak ayal, satu ketika beliau distempel sebagai santrinya yang shaleh.


"Salamku lek muridku sak shaleh ino (Tuan Guru Mahsun)". Begitu Kata Maulana Syaikh menitip salam kepada muridnya itu melalui guru saya TGH. Abdul Hapiz Khaeruddin saat pelepasan sebagai Staf Pengajar di Pondok Pesantren Selaparang pada tahun 1995 M.


Rekam jejak pendidikan Miq Tuan Sun dari sentuhan tangan dingin ulama yang amat kharismatik Maulan Syaikh, dan didukung oleh ketekunannya mengaji dan sekolah, menjadikan beliau sebagai ulama yang shaleh dan tawadduk saat ini.


Ilmu dan keshalehan yang Miq Tuan Sun peroleh adalah hasil dari proses matang dan lama, melalui belajar dan menuntut ilmu dengan stempel jelas dari gurunya. Meski pada saat yang sama, beliau adalah keturunan ulama besar Syaikh TGH Abdul Hafidz Sulaiman teman karib sang gurunya saat di Konstituante dan setelahnya.


Keilmuan dan keshalehan Pengasuh Pondok Pesantren Selaparang ini berpadu ideal dengan kesehariannya. Ilmu yang berpraktek pada sosoknya. Pribadinya yang sederhana, irit bicara, tampil apa adanya menjadi cerminan kedalaman pemahamannya akan ilmu. Pandangan dan sikapnya yang moderat dan terbuka menjadikan beliau sebagai guru yang sangat bijak.


Beliaulah guru pertama saya dalam mengaji kitab kecil bernama "Akhlakulil Banin" saat di MTs dan MA sekali sepekan pada malam Rabu di Majlis Pedaleman. Kesan pertamaku saat mengaji kitab itu adalah bahwa isi kitab itu telah terpotretkan pada dirinya. Saya bersyukur dengan kesempatan mengaji kala itu.


Pada saat saya Ma'had, kepada beliau juga saya hampir mengkhatamkan kitab "Maraqil Ubudiyah" karya Syaikh Nawawi al-Banteni. Mamiq Tuan mengajar kami kitab itu dengan kesan, seakan kitab itu amat mudah setelah dibaca, diterjemahkan dan diterangkan ibarat-ibaratnya, padahal semalaman kami telah mendiskusikannya namun tak kunjung bisa memahami.


Terima kasih guruku Raden TGH. L. Mahsun Abdul Hafidz. Kepergianmu adalah duka dan kesedihan bagi kami para muridmu. Semoga bahagia di alam sana. Amiiin!


Wa Allah A'lam!


Bilekere, 28 Mei 2024 M.


#Haul_Ke_2

Bagikan